Your Language

RAMALAN JODOH

Klik aja bro.. Trust me..!

Minggu, 18 Oktober 2009

Gereja Batak Karo Protestan (GBKP)

Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) adalah sebuah Gereja yang berdiri di Tanah Karo dan melayani masyarakat Karo.

Latar Belakang
Permulaan usaha perkabaran Injil ke daerah Karo bukan munculnya karena tugas rohani. Usaha itu dimulai oleh karena permohonan J.T. Craemers, seorang pemimpin perkebunan di Sumatera Timur. Ia berpendapat bahwa jalan jalan yang paling baik supaya penduduk asli daerah itu jangan menentang dan mengganggu usaha-usaha perkebunan ialah dengan mengabarkan injil dan mengkristenkan mereka. Dengan meyakinkan maskapai perkebunan terhadap pendapatnya, Craemers meminta kepada Nederlandsche Zendeling-genootschap (NZG) untuk membuka penginjilan di daerah Sumatera Timur, dengan biaya yang dibebankan kepada maskapai-maskapai. Permintaan itu diterima oleh NZG dan dilaksanakan pada tahun 1890-1930.

Pekerjaaan Awal

Pada 18 April 1890, tibalah pekabar Injil utusan NZG yakni Pdt. H.C. Kruyt dari Tomohon, Minahasa, dan tempat pos yang pertama di Buluh Awar. Melihat medan pelayanan di kaki pegunungan sekitar Buluh Awar, sejak awal Pdt. H.C. Kruyt mengusulkan kepada Badan Zending agar dibuka pos missi ke daerah Karo Tinggi, tapi pemerintah kolonial belum memberikan izin karena alasan yang dibuat-buat, yaitu soal keamanan. Kruyt merasa kecewa terhadap alasan seperti ini. Tahun berikutnya dia menjemput empat orang Guru Injil yaitu B. Wenas, J. Pinontoan, R. Tampenawas dan H. Pesik, sebagai pembantunya.

Dua tahun kemudian (1892) Pdt. H.C. Kruyt pulang ke negerinya tanpa berhasil membaptiskan seorangpun dari suku Karo. Ia kemudian digantikan Pdt. J.K. Wijngaarden yang sebelumnya telah bekerja di Pulau Sawu dekat Pulau Timor. Pendeta inilah yang melakukan pembaptisan pertama suku Karo tanggal 20 Agustus 1893 sebanyak 6 orang: Sampe, Ngurupi, Pengarapen, Nuah, Tala dan Tabar. Pendeta Wijngarden meninggal tanggal 21 September 1894 karena serangan disentri.

Wijgaarden digantikan oleh Pdt. Joustra. Dialah yang menerjemahkan 104 ceritera-ceritera Alkitab dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Karo (104 turi-turian) dan dia juga tinggal di Buluh Awar.

Kemudian datang pula Pdt. Henri Guillaume (utusan RMG dari Jerman) dari Saribudolok yang sebelumnya bekerja ke Tapanuli. Waktu itu Saribudolok masuk daerah pelayanan pra HKBP. Bersamanya datang pula seorang Guru Injil Martin Siregar. Lalu dibukalah pos PI yang kedua di Bukum, tahun 1899.[1]

Sampai tahun 1900, orang Karo yang sudah dibaptiskan baru sekitar 25 orang. Pertumbuhan dalam kurun waktu 10 tahun pertama sangat sulit. Kegigihan suku Karo dalam mempertahankan tradisi dan adat istiadatnya membuat mereka merasa aman dalam sikap hidup lama di tengah-tengah tahap kebudayaan yang bersifat magis, mistis dan animistis. Pada pihak lain ada juga kegigihan semangat penginjilan yang pantang mundur dalam memperkenalkan Injil Kristus yang sering salah dimengerti orang-orang Karo.

Masa Penanaman dan Penggarapan 1906-1940

Kedatangan Pdt. J.H. Neuman tahun 1900 membawa pengharapan baru dalam sejarah Pekabaran Injil di Karo. Ia ditempatkan di pos baru (Pos Ketiga) di Sibolangit. Ia menerjemahkan Alkitab kedalam Bahasa Karo. Ia juga aktif dalam membuka pelayanan kesehatan, pertanian, perdagangan, dan pendidikan.

Tahun 1903 datang pula Pdt. E.J. van den Berg yang kemudian membuka pos baru (Pos Keempat) dan menetap di Kabanjahe. Keduanya merupakan teman sekerja yang baik. Mereka membuka Rumah Sakit Zending di Sibolangit dan di KabanJahe. Kemudian dengan kerjasama dengan pihak pemerintah. Pdt. E.J.Van den Berg membuka Rumah Sakit Kusta di Lau Simomo. J.H. Neumann aktif membuka pekan-pekan (sejenis pasar di desa-desa) di daerah Deli Hulu.


GBKP Berdiri Sendiri


Tahun 1906 datang Pdt. G. Smith dan membuka Kweekschool (Sekolah Guru) di Berastagi. Sekolah ini kemudian dipindahkan dipindahkan ke Raya, tapi tahun 1920 sekolah tersebut ditutup. Guru-guru sekolah yang telah terdidik ditempatkan di desa-desa menjadi guru untuk mengabarkan Injil.

Prof. Dr. H. Kraemer meninjau ke tempat-tempat zending Karo pada tahun 1939 dan ia menekankan agar dalam waktu sesingkat-singkatnya Jemaat Karo dipersiapkan berdiri sendiri dengan pengiriman tenaga pribumi ke sekolah pendeta dan mengangkat majelis Jemaat yang sudah mampu untuk itu. Tahun 1940 dua Guru Injil P. Sitepu dan Th. Sibero dikirim ke sekolah pendeta di seminari HKBP, Sipoholon.

Pada periode ini juga berkembang pergerakan muda-mudi di tengah-tengah Gereja dengan nama Christelijke Meisjes Club Maju (CMCM) untuk kaum perempuan dan Bond Kristen Dilaki Karo (BKDK) untuk kaum pria di kalangan pemuda Kristen Karo. Kedua pergerakan ini dapat dikatakan sebagai embrio lahirnya perkumpulan pemuda Gereja seluruh GBKP yang disebut PERMATA yang pengesahannya dan peresmiannya dilaksanakan pada Sinode GBKP tanggal 12 Sept 1948, yang diperingati sebagai hari jadi PERMATA GBKP (Rapat Permata yang pertama tanggal 25 Mei 1947; kedua tanggal 18 Juli 1948).

Guru Injil yang disekolahkan ke Seminari Sipoholon (Tarutung) menyelesaikan studinya pada pertengahan sidang Sinode Pertama yang menetapkan nama Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Sibolangit tanggal 23 Juli 1941. Pada saat yang sama juga ditahbiskan dua orang pendeta pertama dari putra Karo yaitu Pdt. Palem Sitepu dan Pdt. Thomas Sibero. Pada sinode pertama ini juga sudah ditetapkan Tata Gereja GBKP yang pertama dan ketua Sinodenya ialah Pdt. J. van Muylwijk. Sekretaris sinode adalah Guru Lucius Tambun (periode 1941-1943). Pdt. P. Sitepu ditempatkan di Tiga Nderket dan sebagai wakil ketua Klasis untuk daerah Karo Gugung (Dataran Tinggi) serta Pdt. Th. Sibero di Peria-ria, sebagai Wakil Ketua Klasis daerah Karo Jahe.

Statistik Jemaat

Menurut Statistik tahun 2000, GBKP mempunyai 20 Klasis dengan 745 jemaat dan sekitar 275.000 anggota. Anggota gerejanya tersebar di seluruh Sumatera , Jawa dan 1 Runggun di Pontianak Kalimantan Barat yang memiliki wilayah PI di Sanggau sekitarnya dan Ngabang sekitarnya serta satu calon gereja di Simpang Tanjung (di tepi jalan antar negara Indonesia - Malaysia). Gereja ini dilayani oleh 160 orang pendeta penuh waktu, 32 vikaris, 3 Guru Agama, 50 Guru Injil.

Pimpinan GBKP

Pimpinan GBKP disebut Moderamen/Sinode GBKP berjumlah 11 (sebelas) orang dengan susunan sebagai berikut :Ketua umumnya Pdt. Jadiaman Perangin-angin, D.Th., Ketua Bidang Kesaksian Pdt. Tammat Kaban, Ketua Bidang Persekutuan Pdt. Matius Panji Barus, S.Th, Ketua Bidang Pelayanan Pdt. Julianus Keliat, Ketua Bidang Personalia/Sumber Daya Manusia Pdt. Mindawaty Br Perangin-angindan Ketua Bidang Dana&Usaha Dk. Rahel Pandia, SH. Sekretaris Umumn Pdt. Simon Tarigan, S.Th dan Wakil Sekretaris Umum Dk. Drs. Aswan Sembiring, MSi. Bendahara umum dipegang oleh Dk. Khristiani Br Ginting serta anggota adalah Pt. Ir. Ananta Purba dan Pt. Sovian Pinem, SH.

Moderamen Sinode GBKP dalam menjalankan tugasnya sejumlah Biro, Selain itu ada pula sejumlah yayasan yang dikelola oleh GBKP, antara lain Yayasan Pendidikan Kristen, Yayasan Taman Kanak-kanak GBKP, Badan Pengembangan Ibadah/Musik Gereja, Retreat Center, Yayasan Gelora Kasih Suka Makmur, Yayasan Panti Asuhan Kristen GBKP Alpha Omega, Yapos GBKP, Yayasan Ate Keleng, Yayasan Wisata Rohani GBKP, dan Asrama Pemuda GBKP Maranatha.

Kantor Moderamen GBKP terletak di Jl. Kapten Pala Bangun No. 66, Kabanjahe, Sumatera Utara.

Gereja Mitra

GBKP adalah gereja anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Dewan Gereja-gereja Asia, Aliansi Gereja-gereja Reformasi se-Dunia, dan Dewan Gereja-gereja se-Dunia (WCC). Selain itu GBKP bermitra dengan Nederlanse Hervormde Kerk di Belanda, Evangelical Lutheran Church in America (ELCA). Juga United Evanglism Misson (UEM) dari Jerman.

Catatan Kaki

  1. ^ P. Sinuraya, Diakonia No.6 Sejarah Pelayanan GBKP di Tanah Karo, 1890-1940, Perc. Merga Silima, Medan, hlm.84-85 dalam Juandaha Raya P. Dasuha, Martin L. Sinaga, "Tole! Den Timorlanden das Evangelium!", Kolportase GKPS, Pematang Siantar, 2003, hlm. 108.
Selengkapnya...

Pemasaran

Pemasaran (Inggris:Marketing) adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.

Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan manusia. Contohnya, seorang manusia membutuhkan air dalam memenuhi kebutuhan dahaganya. Jika ada segelas air maka kebutuhan dahaganya akan terpenuhi. Namun manusia tidak hanya ingin memenuhi kebutuhannya namun juga ingin memenuhi keinginannya yaitu misalnya segelas air merek Aqua yang bersih dan mudah dibawa. Maka manusia ini memilih Aqua botol yang sesuai dengan kebutuhan dalam dahaga dan sesuai dengan keinginannya yang juga mudah dibawa.

Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (product), penetapan harga (price), pengiriman barang (place), dan mempromosikan barang (promotion). Seseorang yang bekerja dibidang pemasaran disebut pemasar. Pemasar ini sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama pihak konsumen yang dituju.

Marketing Mix / Bauran Pemasaran

Marketing mix adalah empat komponen dalam pemasaran yang terdiri dari 4P

  • Product (produk)
  • Price (harga)
  • Place (tempat, termasuk juga distribusi)
  • Promotion (promosi)

Karena pemasaran bukanlah ilmu pasti seperti keuangan (finance), teori Marketing mix juga terus berkembang. Dalam perkembangannya, dikenal juga istilah 7P dimana 3P yang selanjutnya adalah People (Orang), Physical Evidence (Bukti Fisik), Process (Proses). Penulis buku Seth Godin, misalnya, juga menawarkan teori P baru yaitu Purple Cow.

Pemasaran lebih dipandang sebagai seni daripada ilmu, maka seorang ahli pemasaran tergantung lebih banyak pada ketrampilan pertimbangan dalam membuat kebijakan daripada berorientasi pada ilmu tertentu.

Pandangan ahli ekonomi terhadap pemasaran adalah dalam menciptakan waktu, tempat dimana produk diperlukan atau diinginkan lalu menyerahkan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen (konsep pemasaran).
Metode pemasaran klasik seperti 4P di atas berlaku juga untuk pemasaran internet, meskipun di internet pemasaran dilakukan dengan banyak metode lain yang sangat sulit diimplementasikan diluar dunia internet.

Selengkapnya...

Selasa, 13 Oktober 2009

Hidup

Hidup itu apa ya?

bisa jadi mirip sejenis makanan ringan, tapi bisa juga makanan berat, karena hidup ini kadang ringan, asyik, enjoy, tapi terkadang berat, penuh sesak, beban berat dan bisa jadi sangat menyakitkan.

So… Hidup ya Hidup

jalani aja… biar hidup

Jalani hidup biar hidup !

Selengkapnya...

Minggu, 04 Oktober 2009

Design

Design is the planning that lays the basis for the making of every object or system. It can be used both as a noun and as a verb and, in a broader way, it means applied arts and engineering. As a verb, "to design" refers to the process of originating and developing a plan for a product, structure, system, or component with intention. As a noun, "a design" is used for either the final (solution) plan (e.g. proposal, drawing, model, description) or the result of implementing that plan in the form of the final product of a design process. This classification aside, in its broadest sense no other limitations exist and the final product can be anything from clothing to graphical user interfaces to skyscrapers. Even virtual concepts such as corporate identity and cultural traditions such as celebration of certain holidays are sometimes designed. More recently, processes (in general) have also been treated as products of design, giving new meaning to the term process design.

The person designing is called a Designer, which is also a term used for people who work professionally in one of the various design areas, usually also specifying which area is being dealt with (such as a fashion designer, concept designer or web designer). Designing often requires a designer to consider the aesthetic, functional, and many other aspects of an object or a process, which usually requires considerable research, thought, modeling, interactive adjustment, and re-design. With such a broad definition, there is no universal language or unifying institution for designers of all disciplines. This allows for many differing philosophies and approaches toward the subject. However, serious study of design demands increased focus on the design process Selengkapnya...